Category: Psikologi

  • MENOLONG BAYI ABORSI DAN BAYI GUGUR

    MENOLONG BAYI ABORSI DAN BAYI GUGUR

    Suatu hari, sekitar 20-22 tahun lalu, aku diajak oleh 2 orang kawan perempuan lajang berusia 30-an, untuk ikut retreat di Puncak, Bogor, Jawa Barat.

    Aku nggak ingat judul acara Retret itu. Yang aku ingat :

    1. Narasumbernya seorang pastor Katolik bernama Yeremias Balapito Duan (biasa dipanggil dengan nama ‘Romo Yere’)

    2. Topiknya, adalah mendoakan arwah bayi-bayi gugur alamiah dan bayi-bayi aborsi.

    3. Menurut Romo Yere, acara ini ada basis ilmiahnya. Disebut Psikologi Epigenetik (tolong koreksi, jika aku salah ya), yang beliau pelajari di Philipina. 

    Awalnya, aku nggak tahu sama sekali bahwa acaranya terkait dengan bayi gugur dan aborsi. Wong saat itu, aku bahkan belum punya anak dan NGGAK PERNAH ABORSI. Kawan-kawanku…? Mereka lajang, belum pernah menikah. Yang satu malah belum pernah pacaran.

    Dua kawanku ikut acara ini, karena ‘katanya’ di retret ini, peserta bisa menyembuhkan pohon keluarga dan memutuskan lingkaran setan atau kutuk keturunan. Dugaanku, dua kawanku ingin mendapatkan jodoh, dan mereka mengajakku karena aku tak kunjung hamil. Sejujurnya, aku ikut karena :

    1. Aku memang hobi ‘belanja’ seminar dan buku

    2. Aku tertarik pada sosok Romo Yere yang kondang

    Akhirnya, kami bertiga terdampar di ‘lautan’ pasutri. Semua peserta hadir berpasangan, cuma kami yang jomblo.

    Dan sebagai minoritas, kami cuma bisa terbengong-bengong mendengarkan sharing pengalaman para pasutri itu :

    ~ ada yang sakit keras dan tidak diketahui oleh dokter medis, sakitnya apa…

    ~ ada pasutri yang bertengkaaaar terus setelah melakukan aborsi (karena merasa anaknya sudah terlalu banyak)

    ~ ada yang bangkrut secara misterius, setelah aborsi

    ~ ada yang diganggu oleh suara bayi menangis di rumahnya…

    Tadinya aku merasa ‘salah kamar’, ikut seminar ini. Soalnya nggak nyambung blass, dengan kenyataan hidupku saat itu. Tapi kemudian jadi tertarik (lebih tepat disebut ‘kepo’ atau curious) karena SEMUANYA mengaku ikut acara ini setelah dikasih tahu oleh umat yang sudah pernah ikut seminar ini…. Kata umat-umat tersebut, arwah dari bayi-bayi mereka ‘tidak mengganggu’ lagi dan semua problem mereka jadi hilang!

    Whua… 😳

    Aku bengong.

    “Ah bayi kalian tidak bermaksud mengganggu… Mereka sebetulnya cuma berusaha berkomunikasi dengan kalian, ortunya, bahwa mereka masih ada. Mereka tidak bisa pulang. Mereka butuh didoakan.” kata Romo Yere.

    Whua… 😳

    Aku semakin bengong.

    Selama ini kupikir, bayi itu langsung masuk surga kalau meninggal. Kan belum punya dosa… Lha ternyata, pengalaman dari puluhan bahkan ratusan umat membuktikan lain. Arwah bayi pun bisa gentayangan!!!

    ******

    Okelah, singkat cerita, aku rangkumkan begini saja :

    Tuhan itu tidak bermain dadu, alias iseng-iseng.

    Kalau dirimu subur, dan dibuahi di masa subur, lalu hamil… maka itu artinya sudah ada skenario (alias sudah ditetapkan) untuk hadirnya manusia baru. 

    Lengkap.

    Dengan.

    Misi visi.

    Hidupnya.

    Lalu, jika kamu memutuskan aborsi, maka itu sama seperti kamu menyabotase rencana hidup seseorang. Atau jika kamu hamil lalu bayimu gugur itu seperti kamu naik sepeda motor, lalu anakmu jatuh di jalan… dan kamu, karena ketidaktahuan, jalan terus. Meninggalkan anakmu yang kebingungan di pinggir jalan.

    Romo Yere nggak membahas soal dosa atau neraka, di sini. Tidak ada penghakiman atau tuduhan. Semua orang MEMILIKI ALASAN dan SIKONNYA SENDIRI.

    Yang menjadi fokus adalah : solusi.

    Kita wajib :

    1. Mengganggap anak itu ada! Jadi, kalau anakmu ada 2 yang hidup, dan ada 1 yang kamu aborsi diam-diam di masa gadismu, lalu ada 1 lagi yang gugur alamiah selama masa menikah… maka anakmu ada 4…!!! Akui itu. Minimal di dalam hati. 

    2. Beri mereka nama. Jika kamu tidak tahu jenis kelamin anakmu, kasih nama yang netral saja. Misalnya Kakak, Adek, Eka, Dwi, Tri, Ananda dll.

    3. Bawa mereka dalam doa-doamu, bersamaan ketika kamu mendoakan anak-anakmu yang hidup.

    Itu 3 kewajiban kita sebagai ortu. 

    Anak-anak kita PUNYA HAK AZASI itu, meskipun kita tidak menginginkan mereka, atau tidak sengaja kehilangan mereka.

    Nah, di acara retret ini, para peserta diajak melakukan misa arwah, dan serangkaian ritual ala Katolik. Intinya : menguburkan anak-anak mereka secara layak. Penguburannya dilakukan secara SIMBOLIK. Bukan beneran pergi ke kuburan….

    ********

    Yang menarik, salah satu kawanku (kan ada 2 ya, tadi. Nah yang kumaksud ‘salah satu’ ini adalah yang sudah pernah pacaran… sebutlah namanya Dini), bisik-bisik mengakui : 

    “Aku sekarang tahu kalau 2 arwah balita yang gentayangan di rumahku adalah anak-anak ibuku. Entah mereka itu adalah kakakku, atau adikku….”

    Dini memang dikenal oleh kami semua sebagai indigo, khususnya mampu melihat entitas tak kasat mata. 

    “Pulang dari seminar ini, aku mau cecar ibuku ah…! Dia selalu ngeles dan menuduhku halu, kalau aku bilang ada 2 bayi di rumah ini…”

    Ibunya Dini, janda, btw. Ayahnya sudah lama sekali meninggal ketika Dini dan adik-adiknya masih SD. Jadi, Dini memang tak bisa mencari konfirmasi, selain kepada ibunya.

    Fast forward, beberapa hari setelah seminar, aku mendapat kabar kalau ibunya Dini akhirnya mengakui bahwa dia pernah keguguran 2 kali. Anak pertama, dan anak ketiga. Jadi, sesungguhnya Dini adalah anak kedua… Bukan anak sulung seperti selama ini diketahui.

    Mereka lalu melakukan ritual ala Katolik seperti yang diajarkan oleh Romo Yere di seminar. Sejak itu, kata Dini, 2 bayi itu tidak terlihat lagi di rumahnya.

    Setahun setelah itu, Dini menikah!!! Ini berita luar biasa. Apakah ini ada hubungannya dengan kedua ‘saudara arwahnya’ yang telah disempurnakan??? Jujur… aku nggak tahu.

    ******

    Lantas bagaimana kalau menurut versi Coach Awie Suwandi….????

    Coach Awie sering bercerita di kelas-kelas training yang diselenggarakannya : 

    Bahwa banyak murid-muridnya Coach Awie yang indigo melihat ada banyaaaaak sekali arwah bayi di lokalisasi dan panti pijat remang-remang. Semua arwah itu ketakutan. Meringkuk. Menangis. 

    Coach Awie juga banyak melihat di beberapa rumah sakit. 

    Bulan lalu, Coach Awie malah melihat ada arwah ibu dan bayi, di ruko yang letaknya bersebelahan dengan rukoku. Dengan sigap, Coach Awie menyeberangkan mereka berdua. Dan aku heran : kok bisa pas ya? Ruko sebelah itu selalu ditinggalkan penyewa-penyewanya, karena mereka selalu bangkrut. Dan Coach Awie nggak tahu ini. Kan aku nggak cerita tentang kebangrutan tetangga-tetanggaku…

    “Apakah ibu dan bayi itu mengganggu?”

    “Bukan Na. Mereka cuma berusaha berkomunikasi ke kita bahwa mereka ada. Mereka butuh dibantu dengan doa, karena kita yang masih hidup ini energinya masih besar. Mereka energinya sudah lemah dan nggak cukup kuat untuk ‘nyeberang’.”

    Lho kok sama dengan pendapat Romo Yere? Mereka nggak bermaksud menggangu…

    JADI KITA JANGAN TAKUT. Doakan saja. JANGAN MALAH DIUSIR..! Kasihan…

    Coach Awie juga banyak menemukan klien-klien lelakinya yang bermasalah (bangkrut nggak bisa bangkit, sakit nggak sembuh-sembuh, bolak-balik ditipu orang, masuk penjara karena dijadikan kambing hitam… dll) yang diikuti oleh arwah bayi. Kadang-kadang, arwah bayinya nggak cuma satu… 

    Bahkan ada yang bayinya memiliki etnis yang berbeda dengan si klien dan istri si klien. Dugaan coach Awie : klien ini pernah menghamili ‘PSK’ dan bayi itu digugurkan oleh si PSK.

    Coach Awie sering meminta kliennya (tentu diam-diam, agar istri si klien tidak tahu) untuk menyempurnakan ‘anaknya itu’ agar apes-apes dan sial-sialnya hilang. 

    Meskipun memiliki prinsip berpikir yang sama, namun cara yang dipakai oleh Coach Awie, berbeda dengan cara Romo Yere. 

    Kalau Coach Awie, akan memberikan waktu sebulan bagi si ibu, si ayah dan si arwah bayi untuk saling membangun bonding : setiap malam selama sebulan, berdoa bersama dan berkegiatan bersama, seperti masak, makan, baca buku, nonton TV dll (contoh, kalau kita masak, kita berkata ke si arwah bayi : nih mama masak niiih… sini bantuin mama yaaa…)

    Setelah sebulan, coach Awie akan memeriksa/mendeteksi apakah si bayi sudah merasa bahagia karena merasa cukup dicintai, sehingga bisa pergi dengan riang. Jika ya, coach Awie akan menyeberangkan arwah itu, diiringi DOA SESUAI AGAMA SI IBU DAN SI AYAH…. 

    Bagaimana dengan cara Hindu..? 

    Malam ini kebetulan aku ngobrol dengan seorang kawan Bali, namanya Jro Suta (Jro adalah panggilan untuk bangsawan atau pemuka adat). Beliau berkata,

    “Lho iya Na… di agama Hindu, ada upacara yang namanya WARAK KRURON. Ini upacara untuk ibu yang keguguran dan bayinya yang gugur. Maksudnya agar si bayi disempurnakan dan dibersihkan, agar tidak attached sama ibunya… dan bisa lancar melanjutkan perjalanan kembali ke alam sana…”

    Dia lalu menjelaskan panjang lebar, kaitan antara diri sebagai manusia yang memiliki indera ketubuhan; dengan jiwa yang tak bisa diinderai, tetapi ada. Dan bahkan memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan kita di alam fisik… Jadi agar hidup kita lancar di alam fisik, kita perlu memelihara harmoni dengan kehidupan yang ada di alam non fisik…

    “Aduh, gue nggak paham dah…. Bahasan lo esoterik banget, Ta…” kataku.

    Dia tertawa keras sekali sambil menenangkan,

    “Nggak papa kalau nggak paham. Yang penting, sebisanya kita menjaga keseimbangan. Dan memberikan hak kepada para arwah untuk mendapat doa, agar mereka disempurnakan menjadi jiwa… untuk meneruskan perjalanan pulang atau kembali ke dimensi cahaya….”

    ——

    Catatan :

    Jika membutuhkan jasa coach Awie, bisa menghubungi Sarah (admin Garuda Amerta) : 0813 8080 2768

    Atau coach Elang (admin Garuda Amerta) : 0813 8080 5762

  • MENOLONG YANG MATI

    MENOLONG YANG MATI

    Ya, aku mulai belajar di training-training coach Awie Suwandi sejak tahun 2009. Wah, berapa tahun yang lalu ya itu? Limabelas tahun. Lalu tahun 2022 mulai bekerja sama dengannya.

    Kembali ke cerita pergi dengan pasangan ini, aku jadi lebih banyak ngobrol dengan istrinya, Sartiny. Perempuan cantik, mungil tapi tangguh (nyetirnya kayak sopir bis antar pulau : sas set, trengginas), selalu berdandan rapi, bermake up lengkap dan rambut tertata apik ini, adalah teman ngobrol yang asik. Wawasannya luas, ngomongnya ceplas-ceplos, bawaannya periang.

    Di sepanjang perjalanan, mampir ke supermarket, jalan lagi, sampai ke restoran… kami asik membahas kristal dan manfaatnya, politik, kasus hukum yang terjadi di negeri ini, bisnis-bisnis kami, tempat-tempat kuliner (kalau bahas ini, aku yang menjadi pendengar! Ternyata, keluarga ini expert di urusan berburu tempat makan enak… Mereka suka blusukan sampai ke pinggiran Jakarta, bahkan tahu di desa apa di Bali yang jambu bolnya enak, di dalam gang apa di Yogya yang ada gudeg enak…)

    Lantas, kenapa pergi dengan pasangan ini, tapi aku malah mayoritas ngobrol dengan istrinya?

    Karena Coach Awie ditelpon bolak-balik oleh kliennya! Dan seharian kemarin, kudengar ada 3 orang yang SULIT MENINGGAL, yang dibantunya untuk ‘melanjutkan perjalanan’

    Demikian selintas-selintas yang kucuri dengar, selama perjalanan :

    ~ Ada telpon masuk, mengabari kalau dokter sudah menanyakan keputusan keluarga atas nasib bapak mertuanya yang berusia 88 tahun : perlu dibantu dengan alat bantu sampai kapan? Bapak ini sudah koma berbulan-bulan, organ-organ badan sudah ‘hancur’. Kenapa sulit meninggal? Tolong Coach Awie meneropong, apakah yang diberatkan oleh bapak mertua? Apa saja keinginan terakhirnya?

    Wo lhaa… ternyata beliau gelisah tentang sebidang tanah yang dimilikinya di Sulawesi. Tanah berhektar-hektar itu, siapa yang mau mengurus? Anak-anaknya telah menolaknya semua. Nggak ada yang mau kewarisan tanah itu. Mereka menganggap tanah itu membawa sial karena nggak bisa digarap. Selalu memakan korban nyawa karyawan.

    Bermenit-menit coach Awie menawarkan berbagai solusi : tanah itu akan dibersihkan oleh Coach Awie (dilihat sebagai tanah yang ditunggui oleh leluhur asli pemilik tanah yang awal), lalu akan dijual, dan hasilnya dibagi untuk anak-anak sang bapak yang koma itu, sebagian akan disumbangkan ke keturunan pemilik tanah yang awal, agar leluhurnya tenang di ‘alam sana’. Tentu, anak-anak sang bapak perlu menelusuri ke Sulawesi, mencari keturunan asli pemilik tanah yang awal. Anak-anak sang bapak setuju melaksanakannya.

    Pagi ini, dalam sarapan, didapat kabar bapak tadi telah meninggal dengan tenang. Kurang dari 24 jam setelah anak-anaknya membisikkan rencana tentang tanah berhektar-hektar itu…

    ~ Kemarin juga ada telpon masuk, yang mengabarkan kakaknya yang telah berbulan-bulan di rumah sakit, sudah ngabisin biaya hampir 1 milyar, tapi tak kunjung sembuh. Juga tak kunjung meninggal. Ada apa? Ooo ternyata punya ‘jimat’. Untuk yang ini, coach Awie menjauh dari kami, duduk di pojokan restoran… dan terlihat serius bicara di telepon. Hampir 1 jam…!

    Ketika coach Awie kembali ke meja makan, dengan riang dia berkata : “Kita tunggu ya. Nanti malam mendengar kabar orang itu pasti sudah meninggal. Jiwanya sudah ingin pergi, sebenarnya. Tapi tertahan oleh jimat yang ‘penunggunya’ galak dan nggak mau ‘pensiun’…”

    Aku ketawa… Kok ada, entitas yang nggak mau pensiun..???

    Eh bener. Tadi malam, sekitar jam 23.00 coach Awie berkata “Bener Na. Sudah jalan…”

    ~ Lalu juga ada seorang nenek yang sulit meninggal. Sudah berbulan di rumah sakit juga. Dan kudengar coach Awie bilang “Ibu ini pernah keguguran ya? Saya lihat ada arwah bayi bergelantungan di jantungnya….”

    “Lho nggak ada” kata anak-anaknya. “Mama nggak pernah keguguran. Cuma kami inilah anak-anaknya…”

    “Ada. Wajah bayi itu mirip kalian semua kok. Mungkin ibunya nggak pernah cerita.”

    Anak-anak si ibu ribut. Karena si ibu yang sakit kanker itu, jantungnya memang kuat. Sehat, meskipun hampir semua badan sudah tersebar kanker. Aneh tapi nyata. Rupanya si janin bertahan di jantung. Menjaga agar jantung ibunya tetap kuat. Dia nggak mau ibunya mati tanpa membawa dia serta.

    Lalu kudengar Coach Awie memberikan arahan-arahan. Pertama, mempersiapkan si Janin, yang katanya mengaku sebagai anak kedua untuk mau let go. Kedua, akan menyeberangkan ibunya, bersama bayinya….

    Sampai di kisah soal bayi yang gugur ini… emosionalku ambrol. Mataku berkaca-kaca…..

    Di postingan berikutnya, akan kuceritakan tentang pengalamanku terkait bayi-bayi yang diaborsi atau keguguran alamiah….


    Catatan :
    Jika membutuhkan jasa coach Awie, bisa menghubungi Sarah (admin Garuda Amerta) :
    0813 8080 2768

    Atau coach Elang (admin Garuda Amerta) :
    0813 8080 5762

  • Satu Tahun From Zero to Hero

    Satu Tahun From Zero to Hero

    “Suami saya menyeleweng, dan dia sekarang tinggal bersama pacarnya di kota X. Hanya pulang di saat weekend, ke kota kami.” seorang perempuan muda, berwajah sangat cantik, bermata besar seperti menjangan, dan berambut panjang, hadir di ruang konsultasi kami. Tatapan matanya kosong. Terlihat sangat sedih dan kalut, tetapi tidak menangis.

    “Anak kami dua orang. Usia 5 dan 1 tahun.”

    “Sudah menikah lagi ya, suaminya?” tanya Ade.

    “Belum… baru pacaran saja.”

    “Oh gitu? Karena di sini terlihat sudah menikah dan… hmmm… cewenya sedang hamil.” lanjut Ade sambil mengetuk-ngetukkan jari ke kartu-kartunya.

    “Sudah menikah kok nih….” gumam Ade seolah berkata ke dirinya sendiri.

    “Wah saya nggak tahu bu. Kata suami saya, itu cuma teman bisnis kok. Tapi intuisi saya mengatakan, mereka pacaran.”

    “Intuisimu benar mbak. Mereka bukan kawan bisnis. Cewenya agresif nih…” ujarku sambil melihat ke kartu-kartuku.

    “Lalu mbak diam saja?” tanyaku lebih lanjut.

    “Saya nggak berani ribut mbak… Saya tidak bekerja, anak saya dua, masih kecil semua. Semua uang rumah tangga dipegang suami saya. Saya hanya dikasih uang belanja mingguan. Kalau butuh baju atau make up, belinya bareng suami saya. Dia akan bayar pakai credit card. Usia kami terpaut jauh, 18 tahun. Dia duda, ketika kami menikah… Saya gadis, baru lulus SMEA, bekerja baru 6 bulan di supermarket, lalu dilamar tanpa proses pacaran. Suami saya meminta saya melalui orang tua saya…”

    Seketika aku lemas…! Ini lho yang selalu ku khawatirkan…!!! Perempuan adalah penyangga kehidupan (kehidupan anak-anaknya!) namun tidak memiliki akses nafkah. Kalau sudah begini, mau menyangga kehidupan dengan cara apa…???

    Dengan cara menahankan derita! Terpaksa menerima nasib yang buruk dan pahit. Hanya supaya bisa makan.

    ((((Hanya supaya bisa makan))))

    Wajah rupawan itu melongo memandangi kami, seolah tak punya daya hidup lagi. Dia menunggu dengan hening… sementara kami sibuk mengocok dan menebar kartu, menggali jawaban sebanyak yang bisa kami ‘cangkul’.

    Kartu-kartuku menunjukkan bahwa dia memiliki masa depan yang bagus, punya potensi sebagai business woman.

    Aku sendiri terpana melihat kartu-kartuku. Hah? Masak sih orang ini punya bakat sebagai pebisnis? Wajah dan ekspresinya khas stereotip ‘the blondies’ alias wanita-wanita berambut pirang yang sering digambarkan ‘berotak kosong.’

    Aku melongok ke kamera, ke arah kartu-kartunya Ade. Lho…! Kok sama…! Ada kartu bermasa depan cerah di sana…

    “Gini ya, mbak bersedia nggak, diterapi dulu? Ini daya juangmu belum terdevelop lho… Ini harus dibangkitkan dulu. Karena mbak punya potensi besar lho…! Masih terkubur saja nih…”

    Ade menjelaskan.

    Hatiku plong. Berarti dugaanku keliru. Perempuan ini tidak sebloon ekspresinya. Kartu-kartuku cocok dengan kartu-kartunya Ade.

    Perempuan ini berpikir sebentar, terkait biaya terapinya. Lalu dengan ragu berkata, “Saya ambil cicilan saja di toko online Garuda Amerta ya…”

    Singkat cerita, kami meng’coachAwikan’ dia, alias mengirimkannya ke Coach Awie, untuk diterapi.

    ********

    Sebulan kemudian, dia datang kembali.

    “Betul mbak. Suami saya sudah menikah siri… dan pacarnya hamil tua sekarang. Saya harus bagaimana?”

    Kembali, kami mencari jawaban. Lalu menyusun strategi. Kami menyarankannya :

    ~ pertahankan pernikahan dulu

    ~ membuka usaha bersama seorang perempuan senior.

    ~ Cari, siapa perempuan ini. Ciri-cirinya : XYZ.

    ~ Bisnisnya di sektor makanan.

    ~ Modalnya minta ke suamimu, mintanya dengan cara yang manis dan melibatkan hubungan badan yang memuaskan.

    ~ Teruslah bersikap manis, pakai strategi ‘winning without confrontation’.

    ~ Fokus ke dirimu, anak-anakmu, bisnismu, suamimu, dan rumah tanggamu ketika suamimu ada di rumah.

    ~ Abaikan perempuan itu, anggap saja dia tidak ada, dan anggap saja suamimu adalah pelaut yang pulang seminggu sekali.

    “Siap.” Perempuan itu menyatakan sikapnya. Sudah mulai terlihat tegas sekarang….

    ********

    Selusin purnama berlalu. Kemarin perempuan ini hadir lagi ke ruang konseling kami, sambil duduk di dalam mobil. Rambutnya pendek sekarang. Menyentuh bahu. Wajah cantiknya cerah, matanya bersinar ramah. Dan ekspresinya…! Aku suka ekspresi itu! Ekspresi perempuan percaya diri!

    “Saya bisa nyetir bu, sekarang. Ini mau jemput anak sekolah.

    “Terus bisnisnya gimanaaa..? Lancar kaaan???” Sambut Ade dengan meriah.

    “Alhamdulillah bu. Saya dan kakak perempuan saya jadi pemasok sayuran dan bahan-bahan masakan ke beberapa klinik dan rumah sakit… Betul bu, ternyata lancar. Ini mobil dari hasil usaha kami…”

    “Wooow.…!”

    Ade dan aku sumringah luar biasa! Nggak ada yang paling membanggakan kami selain melihat anak-anak kami berdaya, dan melihat klien-klien kami sukses, terutama klien perempuan yang menemukan dirinya sendiri lalu menapaki jalan hidupnya dengan bahagia…!

    “Terus… mau tanya apa kali ini…?” Ade bertanya dengan riang gembira.

    “Mau tanya bu, apakah sebaiknya saya bercerai ya?”

    “Lhooo kenapa?”

    “Suami saya bangkrut bu. Dan dia sudah nggak pernah ke rumah istri sirinya lagi. Sekarang sayalah yang harus menafkahinya… padahal anak kami dua, dan sekolah di sekolah mahal semua… Saya lumayan berat ini bu… kan saya masih merintis usaha… dan harus mulai menabung untuk biaya kuliah anak-anak saya…”

    Jeng jeeeeng… Ade dan aku saling berpandangan sambil nyengir kecut

    Sampai di sini saja, kisahnya ya. Karena episode mbak cantik ini kemudian, adalah kisah lain…

    Yang jelas, inti dari kisah nyata ini adalah :

    SEMUA ORANG itu memiliki potensi yang luar biasa. Semua orang.

    Jika SEMUA ORANG menggali dan mengembangkan potensi-potensinya, tak akan ada lagi orang yang tergantung sepenuhnya pada orang lain (alias secara tidak sehat)… hanya untuk bisa makan.

    Temukan siapa dirimu.

    Kembangkanlah.

    Lalu berjalanlah memetik bulan di langit yang tinggi.

    Kami di sini siap memberikan layanan dari berbagai aspek : psikologi, grafologi, hipnoterapi, cartomancy, dan strategi bisnis

    Pendaftaran :

    @infoGAC.com, di bagian Garuda Amerta Whatsapp

    ——-

    Catatan :

    Detail kisah telah diganti, ditambah, dikurang. Tapi intinya tetap sama. Jika ada kesamaan kisah, itu hanya kebetulan.