Suatu hari, sekitar 20-22 tahun lalu, aku diajak oleh 2 orang kawan perempuan lajang berusia 30-an, untuk ikut retreat di Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Aku nggak ingat judul acara Retret itu. Yang aku ingat :

1. Narasumbernya seorang pastor Katolik bernama Yeremias Balapito Duan (biasa dipanggil dengan nama ‘Romo Yere’)

2. Topiknya, adalah mendoakan arwah bayi-bayi gugur alamiah dan bayi-bayi aborsi.

3. Menurut Romo Yere, acara ini ada basis ilmiahnya. Disebut Psikologi Epigenetik (tolong koreksi, jika aku salah ya), yang beliau pelajari di Philipina. 

Awalnya, aku nggak tahu sama sekali bahwa acaranya terkait dengan bayi gugur dan aborsi. Wong saat itu, aku bahkan belum punya anak dan NGGAK PERNAH ABORSI. Kawan-kawanku…? Mereka lajang, belum pernah menikah. Yang satu malah belum pernah pacaran.

Dua kawanku ikut acara ini, karena ‘katanya’ di retret ini, peserta bisa menyembuhkan pohon keluarga dan memutuskan lingkaran setan atau kutuk keturunan. Dugaanku, dua kawanku ingin mendapatkan jodoh, dan mereka mengajakku karena aku tak kunjung hamil. Sejujurnya, aku ikut karena :

1. Aku memang hobi ‘belanja’ seminar dan buku

2. Aku tertarik pada sosok Romo Yere yang kondang

Akhirnya, kami bertiga terdampar di ‘lautan’ pasutri. Semua peserta hadir berpasangan, cuma kami yang jomblo.

Dan sebagai minoritas, kami cuma bisa terbengong-bengong mendengarkan sharing pengalaman para pasutri itu :

~ ada yang sakit keras dan tidak diketahui oleh dokter medis, sakitnya apa…

~ ada pasutri yang bertengkaaaar terus setelah melakukan aborsi (karena merasa anaknya sudah terlalu banyak)

~ ada yang bangkrut secara misterius, setelah aborsi

~ ada yang diganggu oleh suara bayi menangis di rumahnya…

Tadinya aku merasa ‘salah kamar’, ikut seminar ini. Soalnya nggak nyambung blass, dengan kenyataan hidupku saat itu. Tapi kemudian jadi tertarik (lebih tepat disebut ‘kepo’ atau curious) karena SEMUANYA mengaku ikut acara ini setelah dikasih tahu oleh umat yang sudah pernah ikut seminar ini…. Kata umat-umat tersebut, arwah dari bayi-bayi mereka ‘tidak mengganggu’ lagi dan semua problem mereka jadi hilang!

Whua… 😳

Aku bengong.

“Ah bayi kalian tidak bermaksud mengganggu… Mereka sebetulnya cuma berusaha berkomunikasi dengan kalian, ortunya, bahwa mereka masih ada. Mereka tidak bisa pulang. Mereka butuh didoakan.” kata Romo Yere.

Whua… 😳

Aku semakin bengong.

Selama ini kupikir, bayi itu langsung masuk surga kalau meninggal. Kan belum punya dosa… Lha ternyata, pengalaman dari puluhan bahkan ratusan umat membuktikan lain. Arwah bayi pun bisa gentayangan!!!

******

Okelah, singkat cerita, aku rangkumkan begini saja :

Tuhan itu tidak bermain dadu, alias iseng-iseng.

Kalau dirimu subur, dan dibuahi di masa subur, lalu hamil… maka itu artinya sudah ada skenario (alias sudah ditetapkan) untuk hadirnya manusia baru. 

Lengkap.

Dengan.

Misi visi.

Hidupnya.

Lalu, jika kamu memutuskan aborsi, maka itu sama seperti kamu menyabotase rencana hidup seseorang. Atau jika kamu hamil lalu bayimu gugur itu seperti kamu naik sepeda motor, lalu anakmu jatuh di jalan… dan kamu, karena ketidaktahuan, jalan terus. Meninggalkan anakmu yang kebingungan di pinggir jalan.

Romo Yere nggak membahas soal dosa atau neraka, di sini. Tidak ada penghakiman atau tuduhan. Semua orang MEMILIKI ALASAN dan SIKONNYA SENDIRI.

Yang menjadi fokus adalah : solusi.

Kita wajib :

1. Mengganggap anak itu ada! Jadi, kalau anakmu ada 2 yang hidup, dan ada 1 yang kamu aborsi diam-diam di masa gadismu, lalu ada 1 lagi yang gugur alamiah selama masa menikah… maka anakmu ada 4…!!! Akui itu. Minimal di dalam hati. 

2. Beri mereka nama. Jika kamu tidak tahu jenis kelamin anakmu, kasih nama yang netral saja. Misalnya Kakak, Adek, Eka, Dwi, Tri, Ananda dll.

3. Bawa mereka dalam doa-doamu, bersamaan ketika kamu mendoakan anak-anakmu yang hidup.

Itu 3 kewajiban kita sebagai ortu. 

Anak-anak kita PUNYA HAK AZASI itu, meskipun kita tidak menginginkan mereka, atau tidak sengaja kehilangan mereka.

Nah, di acara retret ini, para peserta diajak melakukan misa arwah, dan serangkaian ritual ala Katolik. Intinya : menguburkan anak-anak mereka secara layak. Penguburannya dilakukan secara SIMBOLIK. Bukan beneran pergi ke kuburan….

********

Yang menarik, salah satu kawanku (kan ada 2 ya, tadi. Nah yang kumaksud ‘salah satu’ ini adalah yang sudah pernah pacaran… sebutlah namanya Dini), bisik-bisik mengakui : 

“Aku sekarang tahu kalau 2 arwah balita yang gentayangan di rumahku adalah anak-anak ibuku. Entah mereka itu adalah kakakku, atau adikku….”

Dini memang dikenal oleh kami semua sebagai indigo, khususnya mampu melihat entitas tak kasat mata. 

“Pulang dari seminar ini, aku mau cecar ibuku ah…! Dia selalu ngeles dan menuduhku halu, kalau aku bilang ada 2 bayi di rumah ini…”

Ibunya Dini, janda, btw. Ayahnya sudah lama sekali meninggal ketika Dini dan adik-adiknya masih SD. Jadi, Dini memang tak bisa mencari konfirmasi, selain kepada ibunya.

Fast forward, beberapa hari setelah seminar, aku mendapat kabar kalau ibunya Dini akhirnya mengakui bahwa dia pernah keguguran 2 kali. Anak pertama, dan anak ketiga. Jadi, sesungguhnya Dini adalah anak kedua… Bukan anak sulung seperti selama ini diketahui.

Mereka lalu melakukan ritual ala Katolik seperti yang diajarkan oleh Romo Yere di seminar. Sejak itu, kata Dini, 2 bayi itu tidak terlihat lagi di rumahnya.

Setahun setelah itu, Dini menikah!!! Ini berita luar biasa. Apakah ini ada hubungannya dengan kedua ‘saudara arwahnya’ yang telah disempurnakan??? Jujur… aku nggak tahu.

******

Lantas bagaimana kalau menurut versi Coach Awie Suwandi….????

Coach Awie sering bercerita di kelas-kelas training yang diselenggarakannya : 

Bahwa banyak murid-muridnya Coach Awie yang indigo melihat ada banyaaaaak sekali arwah bayi di lokalisasi dan panti pijat remang-remang. Semua arwah itu ketakutan. Meringkuk. Menangis. 

Coach Awie juga banyak melihat di beberapa rumah sakit. 

Bulan lalu, Coach Awie malah melihat ada arwah ibu dan bayi, di ruko yang letaknya bersebelahan dengan rukoku. Dengan sigap, Coach Awie menyeberangkan mereka berdua. Dan aku heran : kok bisa pas ya? Ruko sebelah itu selalu ditinggalkan penyewa-penyewanya, karena mereka selalu bangkrut. Dan Coach Awie nggak tahu ini. Kan aku nggak cerita tentang kebangrutan tetangga-tetanggaku…

“Apakah ibu dan bayi itu mengganggu?”

“Bukan Na. Mereka cuma berusaha berkomunikasi ke kita bahwa mereka ada. Mereka butuh dibantu dengan doa, karena kita yang masih hidup ini energinya masih besar. Mereka energinya sudah lemah dan nggak cukup kuat untuk ‘nyeberang’.”

Lho kok sama dengan pendapat Romo Yere? Mereka nggak bermaksud menggangu…

JADI KITA JANGAN TAKUT. Doakan saja. JANGAN MALAH DIUSIR..! Kasihan…

Coach Awie juga banyak menemukan klien-klien lelakinya yang bermasalah (bangkrut nggak bisa bangkit, sakit nggak sembuh-sembuh, bolak-balik ditipu orang, masuk penjara karena dijadikan kambing hitam… dll) yang diikuti oleh arwah bayi. Kadang-kadang, arwah bayinya nggak cuma satu… 

Bahkan ada yang bayinya memiliki etnis yang berbeda dengan si klien dan istri si klien. Dugaan coach Awie : klien ini pernah menghamili ‘PSK’ dan bayi itu digugurkan oleh si PSK.

Coach Awie sering meminta kliennya (tentu diam-diam, agar istri si klien tidak tahu) untuk menyempurnakan ‘anaknya itu’ agar apes-apes dan sial-sialnya hilang. 

Meskipun memiliki prinsip berpikir yang sama, namun cara yang dipakai oleh Coach Awie, berbeda dengan cara Romo Yere. 

Kalau Coach Awie, akan memberikan waktu sebulan bagi si ibu, si ayah dan si arwah bayi untuk saling membangun bonding : setiap malam selama sebulan, berdoa bersama dan berkegiatan bersama, seperti masak, makan, baca buku, nonton TV dll (contoh, kalau kita masak, kita berkata ke si arwah bayi : nih mama masak niiih… sini bantuin mama yaaa…)

Setelah sebulan, coach Awie akan memeriksa/mendeteksi apakah si bayi sudah merasa bahagia karena merasa cukup dicintai, sehingga bisa pergi dengan riang. Jika ya, coach Awie akan menyeberangkan arwah itu, diiringi DOA SESUAI AGAMA SI IBU DAN SI AYAH…. 

Bagaimana dengan cara Hindu..? 

Malam ini kebetulan aku ngobrol dengan seorang kawan Bali, namanya Jro Suta (Jro adalah panggilan untuk bangsawan atau pemuka adat). Beliau berkata,

“Lho iya Na… di agama Hindu, ada upacara yang namanya WARAK KRURON. Ini upacara untuk ibu yang keguguran dan bayinya yang gugur. Maksudnya agar si bayi disempurnakan dan dibersihkan, agar tidak attached sama ibunya… dan bisa lancar melanjutkan perjalanan kembali ke alam sana…”

Dia lalu menjelaskan panjang lebar, kaitan antara diri sebagai manusia yang memiliki indera ketubuhan; dengan jiwa yang tak bisa diinderai, tetapi ada. Dan bahkan memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan kita di alam fisik… Jadi agar hidup kita lancar di alam fisik, kita perlu memelihara harmoni dengan kehidupan yang ada di alam non fisik…

“Aduh, gue nggak paham dah…. Bahasan lo esoterik banget, Ta…” kataku.

Dia tertawa keras sekali sambil menenangkan,

“Nggak papa kalau nggak paham. Yang penting, sebisanya kita menjaga keseimbangan. Dan memberikan hak kepada para arwah untuk mendapat doa, agar mereka disempurnakan menjadi jiwa… untuk meneruskan perjalanan pulang atau kembali ke dimensi cahaya….”

——

Catatan :

Jika membutuhkan jasa coach Awie, bisa menghubungi Sarah (admin Garuda Amerta) : 0813 8080 2768

Atau coach Elang (admin Garuda Amerta) : 0813 8080 5762

MENOLONG BAYI ABORSI DAN BAYI GUGUR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *